Sabtu, 07 Februari 2009

Teror Zionis Israel

TEROR ZIONIS

Dalam bab sebelumnya, kita telah membahas pandangan Zionis bahwa kembalinya orang Yahudi ke Palestina merupakan sebuah “tujuan suci” dan bahwa perang yang dilancarkan untuk mencapai tujuan ini adalah sebuah “perang suci.” Gagasan ini memainkan peran penting dalam pendidikan orang-orang Israel. Menurut fakta yang ada, pemimpin-pemimpin utama Israel ada kalanya memberikan pandangan mereka bahwa anak-anak harus disuruh menjalani suatu pendidikan “Zionis.” Misalnya, Menteri Pendidikan Israel Limor Livnat memberikan pernyataannya tentang salah satu dari hari-hari terkeras selama Intifadah al-Aqsa bahwa “mengingat keadaan ini, anak-anak bangsa diminta untuk menerima pendidikan Zionis-Yahudi” dan bahwa “Sekolah-sekolah adalah bagian dari keamanan internal negara Israel."27 Perjanjian Lama mempunyai satu tempat khusus dalam sistem pendidikan ini, yang dirancang para Zionis untuk berpusat pada ayat-ayat tertentu. Kitab ini mengajak dengan penuh kebanggaan untuk melakukan tindakan kejam yang dilakukan (atau harus dilakukan) oleh Bani Israel, dibawah pimpinan Yosua, atas pribumi Palestina.

Dalam karya klasiknya The Case of Israel: A Study of Political Zionism, Roger Garaudy menerangkan sikap tersebut seperti berikut:

Kitab Yosua, yang seringkali diejawantahkan hari ini oleh para rabbi tentara di Israel untuk menganjurkan perang suci, dan juga dalam banyak pengajaran-pengajaran sekolah, bersandar pada keharusan sakral adanya pemusnahan atas penduduk yang ditaklukkan, menumpas dengan “mata pedang” segala sesuatu “baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda,” (Yosua, 6:21), seperti kita baca dalam cerita Jericho dan begitu banyak kota-kota lainnya.28

Perilaku yang ditunjukkan tentara-tentara Israel yang dibina dengan gagasan seperti ini sejalan dengan sikap ini. Saat ini dalam pendudukan Palestina, kejadian-kejadian mengerikan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari: Bayi berusia 18 bulan yang meninggal di tempat tidurnya ketika rumah-rumah mereka diserang oleh tembakan helikopter Israel, gadis remaja yang bekerja di kebun zaitun tertembak dan terbunuh tanpa alasan apa pun, dan anak-anak yang kembali ke rumahnya dari sekolah dengan luka dan lumpuh seumur hidupnya. Sistem pendidikan Zionis adalah akar dari masa tak berprikemanusiaan dan menghalalkan semua cara ini. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan dan cuci otak ini sangat berhasil guna. Dalam sebuah pengujian yang dilakukan oleh ahli psikologi Tel Aviv University G. Tamarin, sebuah pernyataan yang menggambarkan pembantaian Jericho dari Kitab Yosua dari Perjanjian Lama dibagi-bagikan kepada murid-murid kelas empat dan delapan. Mereka ditanya: “Anggaplah Tentara Israel menduduki sebuah desa Arab dalam sebuah pertempuran. Apakah kalian berpikir perlu, atau tidak, untuk bertindak melawan para penduduk seperti yang dilakukan Yosua kepada penduduk Jericho?” Jumlah yang menjawab “Ya” beragam dari 66% hingga 95% menurut sekolah yang didatangi atau kibbutz atau kota tempat anak-anak tinggal.29

Garaudy menekankan bahwa Kitab Yosua dan Perjanjian Lama secara umum adalah sumber teror Zionis:

Pandangan tentang “janji”, bersama-sama dengan makna perwujudannya (sebagai pemimpin Zionisme politik yang berasal dari Kitab di mana Yosua menceritakan takdirnya untuk memusnahkan penduduk sebelumnya, yang ia lakukan berdasar perintah Tuhan dan dengan pertolongannya) ditambah ungkapan “orang-orang terpilih” dan “Israel yang lebih agung” dari Nil hingga Eufrat, membentuk dasar-dasar ideologi Zionisme politik.30

Buku harian seorang tentara Israel yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Davar adalah contoh penting untuk hal ini. Tentara yang kita bicarakan ini ikut serta dalam sebuah operasi untuk mengepung desa Palestina Ed-Dawayma pada tahun 1948, dan menggambarkan kejadian kejam yang ia saksikan:

Mereka membunuh antara delapan puluh hingga seratus lelaki, wanita, dan anak-anak Arab. Untuk membunuh anak-anak, mereka (para tentara) mematahkan kepala mereka dengan tongkat. Tidak ada satu rumah pun tanpa mayat. Para wanita dan anak-anak di desa tersebut dipaksa tinggal di dalam rumah tanpa makanan dan air. Kemudian, para tentara datang untuk meledakkan mereka dengan dinamit.

Seorang komandan memerintahkan seorang tentara untuk membawa dua wanita ke sebuah bangunan tempat ia menembaki mereka… Tentara lainnya bangga karena telah memerkosa seorang wanita Arab sebelum menembak mati dirinya. Wanita Arab lainnya yang mempunyai bayi disuruh membersihkan tempat itu selama beberapa hari, kemudian mereka menembaknya berikut bayinya. Para komandan yang terdidik dan sopan yang dianggap sebagai “orang baik” …. menjadi pembunuh tak berprikemanusiaan, dan ini tidak terjadi dalam sebuah pertempuran, melainkan hanya sebuah cara pengusiran dan pemusnahan. Semakin sedikit orang Arab yang tertinggal, semakin baik.31

Ini hanyalah salah satu dari banyak peristiwa kejam lainnya yang telah terjadi selama 50 tahun terakhir.

Sebelum pemerintahan Israel didirikan, kelompok Haganah, Irgun, dan Stem bertanggung jawab atas pengusiran orang-orang Palestina dari tanah mereka. Organisasi teroris sebelum 1948 dan tentara Israel setelah 1948 ini melakukan suatu kampanye teroris atas penduduk sipil Arab. Menachem Begin, pemimpin Irgun, kelak menjadi perdana menteri, menerangkan strategi mereka: "Orang-orang Arab berjuang dengan gigih dalam mempertahankan rumahnya, para wanita dan anak-anak mereka."32 Dengan kata lain, perang Zionis akan dilakukan melawan orang-orang tak berdosa.

Dan memang, semenjak tanggal tersebut orang-orang Palestina telah berjuang melindungi rumah mereka, para wanita, dan anak-anak dari kebijakan resmi Israel menteror seluruh orang-orang Palestina. Wartawan surat kabar dan ahli Timur Tengah Flora Lewis menerangkan kekejaman gaya Israel ini dalam artikelnya di International Herald Tribune:

Pihak berwenang Israel sekarang telah mengakui di depan publik sebuah kebijakan “serangan terarah” atas orang-orang Palestina yang dipercaya akan terlibat dalam terorisme. Ini merupakan pembunuhan politis terencana, yang sangat tepat disebut “tindak kriminal… pembunuhan” oleh Moshe Neghi, seorang jurnalis Israel terkemuka… Wakil Menteri Pertahanan Ephraim Sneh menyebutkan di radio bahwa kebijakan ini tegas. "Jika ada orang yang melakukan atau berencana melakukan serangan teroris, dia harus dipukul… Inilah yang efektif, tepat, dan adil."33

Harus ditekankan bahwa, seperti disebutkan Sneh, upaya Israel ini tidak terbatas pada unsur-unsur teroris, melainkan juga mentargetkan seluruh orang.

Perincian yang diberikan di sini hanyalah sebagian kecil dari kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah Israel. Namun ini adalah sebuah tindakan yang dikenal baik oleh orang-orang Muslim Palestina, karena ada kemiripan yang erat antara penggambaran Al-Qur'an tentang Firaun dengan apa yang telah dilakukan pemimpin Israel Zionis kepada orang-orang Palestina tak berdosa. Dalam masanya, Firaun menetapkan sasaran orang-orang Yahudi yang lemah, tak punya pelindung dan dengan kejam membunuh mereka. Juga, pemimpin kaum Firaun mempunyai keterikatan yang kuat akan tanah mereka, sehingga Firaun berkata bahwa Musa "ingin mengusir kamu dari tanahmu” (Al-Qur'an, 7: 110) Wartawan Israel Uri Avnery menyoroti kemiripan ini. Dalam artikel “Pembunuhan Arafat,” ia mengingatkan kita bahwa salah satu keyakinan dasar Yudaisme adalah bahwa masa perbudakan Yahudi di Mesir tidak akan pernah terlupakan. Menurutnya, apa yang dilakukan orang-orang Israel atas Palestina saat ini hanyalah suatu bentuk kekejaman yang ditimpakan kepada leluhur Yahudi mereka oleh Firaun:

Dalam mitos baru yang terlahir di depan mata kita, Sharon adalah Firaun dan kita adalah orang-orang Mesir kuno. Dalam cerita tentang Keluaran, Alkitab menyebut firman Tuhan: “Aku telah mengeraskan hati (Firaun) dan hati budak-budaknya.” Setelah musibah yang menimpanya, Firaun melanggar janjinya untuk membebaskan orang-orang Israel… Dia (Tuhan) ingin bangsa Israel dikeraskan oleh kekerasan, sebelum mereka memulai perjalanan panjangnya. Inilah yang terjadi kepada bangsa Palestina sekarang.34

Ayat berikut ini menggambarkan bagaimana Firaun membunuh orang-orang yang tak berdaya:

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu". Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Qur'an, 14:6-7)

Dengan bantuan Allah, Bani Israil akhirnya keluar dari kekejaman dan tidak berprikemanusiaannya Firaun. Pada masa sekarang, radikalisme Israel ada pada kedudukan Firaun dan menganjurkan kekejaman. Orang-orang Palestina harus mengikuti himbauan Allah kepada Bani Israel pada saat itu: Sabarlah, percayalah kepada Allah, dan tetaplah di atas jalan-Nya yang benar.

Pembantaian oleh Israel

Beberapa pembantaian yang dilakukan oleh tentara Israel dan organisasi teroris (seperti Haganah, Irgun, dan Stern) antara 1948 dan 1982 akan digambarkan dalam halaman-halaman berikut ini. Tidak ada satu pun pembantaian itu yang ditujukan kepada kelompok-kelompok bersenjata. Sejarah Israel penuh dengan tindak kekerasan atas dan pembantaian orang-orang sipil. Beberapa contoh berikut ini saja sudah cukup: peledakan Hotel King David pada tahun 1946; pembantaian Deir Yassin pada 1948, di mana penduduk desa yang tak berdosa disiksa dan dibunuh; pembantaian tak berprikemanusiaan di desa Qibya pada 1958; pembantaian di kamp pengungsian Sabra dan Shatilla, yang dilakukan oleh milisi Libanon Kristen pro-Israel di bawah dukungan Ariel Sharon dan mengakibatkan hampir 3000 kematian; serangan atas Mesjid Aqsa pada 1990, yang menyebabkan 11 kematian dan hampir 800 orang luka-luka, pembantaian di Mesjid Ibrahim pada tahun 1994 selama sholat Subuh; pembantaian di kamp pengungsian Qana pada 1996; dan pengepungan terowongan oleh 4000 tentara pada 1999 adalah beberapa contoh saja dari kekerasan ini.

Mereka yang tewas dalam serangan ini adalah orang-orang tak berdosa yang tidak punya alat-alat untuk melindungi diri mereka sendiri. Pembantaian yang akan disebutkan di halaman-halaman berikut hanyalah contoh dari kekejaman dan teror yang telah berlanjut dari tahun 1947 hingga sekarang. Meski angka-angka ini penting artinya untuk menunjukkan besarnya penindasan Zionis, namun angka-angka tersebut bahkan tak bisa memulai penggambaran akibatnya yang mengerikan, khususnya karena penindasan itu masih berlangsung. Memang, hampir setiap hari semenjak 1947 selalu saja ada laporan berita tentang serangan, kematian, penyiksaan, dan kekerasan dari daerah-daerah yang diduduki oleh Israel. Sebagai contoh, ketika semua orang yang meninggal semenjak Oktober 2000 disebutkan, jumlahnya mencapai hampir 2000. (Angka ini tidak termasuk orang-orang yang terbunuh dalam Operasi Defensive Shield.) Dengan kata lain, orang-orang Israel melanjutkan pembunuhan harian ini dalam suatu cara sistematis.

Beberapa Contoh Setengah Abad Pemerintahan Teror Israel

Pembantaian King David, 1946: 92 tewas

Serangan ini dilakukan oleh organisasi teroris Irgun dan sepengetahuan David Ben Gurion, pejabat teras Zionis dalam masa itu. Sejumlah total 92 orang, terdiri atas orang Inggris, Palestina, dan Yahudi terbunuh dan 45 orang terluka parah.

Pembantaian Baldat Al-Shaikh, 1947: 60 tewas

Enam puluh orang Palestina yang tengah terlelap di tempat tidurnya, di antara mereka para wanita, anak-anak, dan orang tua, kehilangan nyawanya karena serangan ini, yang dilakukan oleh 150-200 teroris Zionis. Serangan dimulai pada pukul 2 pagi dan berlangsung selama 4 jam.

Pembantaian Yehida, 1947: 13 tewas

Di Yehida, salah satu pemukiman pertama Zionis, para penyerang yang berpakaian seperti tentara Inggris menembaki orang-orang Islam.

Pembantaian Khisas, 1947: 10 tewas

Dua mobil yang dipenuhi anggota-anggota Haganah memasuki desa Khisas di perbatasan Libanon dan melakukan penembakan pada seseorang yang melintasi jalan mereka.

Pembantaian Qazaza, 1947: 5 anak-anak tewas

Lima anak kehilangan jiwanya dalam peristiwa ini, ketika teroris Zionis menembaki sebuah rumah dengan membabi buta.

Pembantaian Hotel Semirami, 1948: 19 tewas

Dalam sebuah operasi yang ditujukan untuk membuat orang-orang Palestina merasa tidak aman dan memaksa mereka keluar dari Yerusalem, sekelompok teroris Zionis yang dipimpin oleh presiden Israel pertama, David Ben Gurion, meledakkan Hotel Semirami. Sembilan belas orang terbunuh.

Pembantaian Naser al-Din, 1948

Sekelompok teroris Zionis berpakaian tentara Arab menembaki penduduk kota yang meninggalkan rumahnya untuk menyambut mereka. Hanya 40 orang yang lolos dari pembunuhan ini, dan desa tersebut terhapus dari peta.

Pembantaian Tantura, 1948: 200 tewas

Tantura, sekarang rumah dari sekitar 1500 pemukim Yahudi, adalah sebuah tempat pembantaian besar-besaran atas orang-orang Islam pada tahun 1948. Sejarawan Israel Teddy Katz menggambarkan serangan ini sebagai berikut: “Dari jumlahnya, ini benar-benar salah satu pembantaian yang terbesar."

Pembantaian Mesjid Dahmash, 1948: 100 tewas

Batalalion Komando Israel ke-89 yang dipimpin oleh Moshe Dayan, yang nantinya menjadi Menteri Pertahanan, mengumumkan kepada penduduk desa bahwa mereka akan aman hanya jika mereka berkumpul di mesjid. Akan tetapi, 100 orang Islam yang mencari tempat perlindungan tersebut justru dibantai di sana. Para penduduk yang ketakutan di Lydda dan Ramla meninggalkan tanahnya. Sekitar 60.000 orang Palestina keluar dari negerinya, dan 350 orang lebih tewas dalam perjalanan karena keadaan kesehatan yang parah.

Pembantaian Dawayma, 1948: 100 tewas

Serangan ini merupakan pembantaian terbesar yang dilakukan Israel. Sebagian besar yang terbunuh tengah berada di mesjid untuk melakukan sholat Jum’at. Wanita-wanita Palestina diperkosa selama serangan ini, sementara rumah-rumahnya diledakkan dengan dinamit, padahal ada orang di dalamnya.

Pembantaian Houla, 1948: 85 tewas

Tentara Israel memaksa 85 orang untuk masuk ke dalam sebuah rumah, kemudian rumah itu dibakar. Setelah itu, sebagian besar warga yang merasa takut melarikan diri ke Beirut. Dari 12.000 penduduk asli Houla, hanya 1200 orang yang tersisa.

Pembantaian Salha, 1948: 105 tewas

Setelah penduduk suatu desa dipaksa masuk ke mesjid, orang-orang tersebut dibakar hingga tak seorang pun yang tersisa hidup-hidup.


Tidak ada komentar: